Tuesday, May 25, 2010

SOAL DAN JAWAB


SOALAN

1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan Rukun Iman, terangkan secara rinci salah satu dari rukun Iman

2. Terangkan pengertian Akhlak, dan jelaskan macam dan contohnya!

3. Apa pengertian Al wahnu dan beri contohnya!

4 Terangkan ungkapan “libasukum yukrimukum qobla julusikum”!

5. Apa yang anda ketahui : a. Iman kepada ghaib

b. Keutamaan Ilmu





JAWAPAN



1. Rukun Iman menjelaskan tentang Rukun Iman secara rinci dan hikmah yang dapat dipetik dari masing-masing rukun tersebut, serta dalil-dalil yang shahih dari alquran maupun sunnah.

Iman kepada Kitab Allah

Kita mengimani bahwa Allah SWT telah menurunkan kepada rasul-rasul-Nya kitab-kitab sebagai hujjah untuk umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan kebersihan jiwa mereka dari kemusyrikan. Firman Allah SWT yang artinya: “Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al kitab dan neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan keadilan….”

Kitab-Kitab yang kita kenal ialah :

· Taurat, yang Allah turunkan kepada nabi Musa As, sebagaiman firman Allah dalam QS Al Maidah:44

· Zabur, ialah Kitab yang diberikan Allah kepada nabi Daud As

· Injil, di turunkan Allah kepada nabi Isa As sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman Allah: “…dan kami telah memberikan kepadanya (Isa) Injil yang berisi petunjuk dan Nur, dan sebagai pembenar kitab sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al Maidah:46)

· Shuhuf, (lembaran-lembaran) yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Musa As

· Al quran, kitab yang Allah SWT turunkan kepada nabi Muhammad SAW penutup para Nabi. Firman Allah, yang artinya: “Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya (permulaan) al quran sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembela antara yang hak dan yang batil…” (QS Al Baqarah:185)



2. Pengertian Akhlak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata akhlak di artikan sebagai Budi Pekerti; kelakuan. Sebenarnya kata Akhlak berasal dari bahasa arab, dan jika diartikan kedalam bahasa Indonesia berarti Perangai, Tabiat. Sedangkan Akhlak secara Istilah artinya sebagai berikut; Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu Imam Al-Ghazali mengatakan Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Akhlak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku dan perbuatan manusia.

Macam-macam Akhlak

a. Akhlak terhadap diri sendiri, contoh: Beriman, Bertakwa, Sabar menghadapi cobaan

b. Akhlak terhadap keluarga, contoh: Tidak melawan orang tua, Menyayangi adik, dan menghormati kakak

c. Akhlak terhadap teman/sahabat, teman sebaya, contoh: menghargai teman, tidak berkhianat, tidak mengadu domba

d. Akhlak terhadap guru, contoh: Bersikap sopan dan santun

e. Akhlak terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua, contohnya menghargai yang muda, menghormati yang tua

f. Akhlak terhadap lingkungan hidup/lingkungan sekitar, contoh: Bersikap tenggang rasa, solidaritas, menghargai perbedaan

3. Al Wahnu artinya Cinta dunia dan Takut mati

Contoh: Orang yang memiliki banyak harta, memuja harta, menjadikan harta adalah segalanya sehingga ketika ia kehilangan harta ia menganggap akan mati, ia tidak siap menghadapinya maka ia berusaha dengan segala cara untuk tidak kehilangan harta.

4. “libasukum yukrimukum qobla julusikum” artinya “Pakaianmu yang akan memuliakan kamu sebelum kamu duduk

maksudnya pakaian yang kamu kenakan adalah cerminan dari akhlakmu sebelum kamu melakukan sesuatu

5. a. Iman kepada Ghaib

“yang beriman kepada yang ghaib dan mendirikan shalat serta menginfakkan rezeki yang kami berikan kepada mereka”

Penjelasan beriman adalah ungkapan keyakinan dan kepercayaan terhadap sesuatu.

Ghaib adalah segala sesuatu yang tidak tampak oleh panca indera manusia. Beriman kepada yang Ghaib menurut seorang ulama bernama Abul Aliyah “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasul surga dan perjumpaan dengan Allah di akhirat serta hidup sesudah mati semua itu ghaib”. Sedangkan ulama lain bernama Atho’ berkata “Orang yang beriman kepada Allah berarti ia beriman kepada yang ghaib”.

b. Keutamaan Ilmu

Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, begitu Nabi bersabda.

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR.Bukhari)

Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan Allah:

” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11)

Dalam Kitab Ihya ‚Uluumuddiin susunan Imam Al Ghazali disebut bahwa Nabi berkata: „Di akhirat nanti tinta ulama ditimbang dengan darah para syuhada. Ternyata yang lebih berat adalah tinta ulama!“ Nabi juga berkata bahwa meninggalnya 1 kabilah (penduduk 1 kampung) lebih ringan daripada meninggalnya seorang ulama.

Itulah kemulian orang yang berilmu!

Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar:

Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.

Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)

Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)

Ilmu selain diyakini kebenarannya juga harus diamalkan. Sebab ilmu tanpa amal, seperti pohon yang tidak berbuah.

“Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka “. (hadits)

Begitu juga amal tanpa ilmu, hanya akan membawa kehancuran. Contohnya orang tidak pernah belajar menerbangkan pesawat tentu akan berbahaya jika dia menerbangkan pesawat. Setelah diamalkan, maka disunnahkan bagi kita untuk mengajarkan ilmu tersebut ke orang lain yang belum mengetahui.

Kita menuntut ilmu dunia selama 12 tahun dari SD hingga SMA. Setiap hari paling tidak 5 jam kita mempelajari ilmu dunia. Tapi pernahkah kita menghitung berapa lama kita belajar ilmu agama? Adakah sejam sehari?

Jika tidak, sungguh malang nasib kita, padahal ilmu agama penting bagi kita guna mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Bukankah kebahagiaan di akhirat lebih baik dan lebih kekal? Bukankah hidup di dunia hanya sekejap saja (Cuma sekitar 63 tahun)?

Meski dia profesor Fisika atau Pakar Komputer, tapi jika tidak tahu ilmu agama sehingga sholat, puasa, zakat, dsb tidak benar niscaya dia akan masuk neraka.

Tentu saja bukan maksud kita mengenyampingkan ilmu dunia. Mempelajari ilmu dunia yang bermanfaat adalah fardu kifayah. Sejarah Islam menunjukkan bahwa meski ummat Islam gemar mempelajari ilmu agama, namun ilmu dunia mereka juga tinggi. Angka yang dunia pakai sekarang adalah angka Arab (Arabic Numeral) yang diperkenalkan sarjana Muslim kepada dunia. Bukan angka Romawi atau Eropa! Aljabar (Algebra), Algoritma yang mengembangkannya adalah sarjana Muslim: Al Khawarizm. Demikian pula di bidang kedokteran dikenal Avicenna (Ibnu Sinna), di bidang sosial Averroes (Ibnu Rusyid), dsb. Kimia (Chemical) juga berasal dari bahasa Arab Alkimia (Alchemy). Yang memperkenalkan angka 0 ke dunia adalah ummat Islam. Itulah prestasi ummat Islam di bidang ilmu dunia.

Jika sebagian muslim sudah mempelajarinya (misalnya ada beberapa orang yang belajar ilmu kedokteran), maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya. Tapi mempelajari ilmu agama adalah fardu ‘ain, kewajiban bagi setiap Muslim. Tanpa ilmu, maka semua amalnya akan ditolak.

Yang pertama harus kita pelajari adalah aqidah atau tauhid yang juga disebut “Ushuluuddiin” (Dasar-dasar Agama). Ini adalah fondasi yang harus kita kuasai. Kita bukan cuma tahu bahwa rukun iman ada 6, tapi juga tahu dalil-dalilnya. Sebagai contoh, beriman kepada Allah. Kita juga harus tahu sifat-sifat Allah seperti wujud (ada). Kita tidak bisa cuma bilang bahwa Tuhan itu ada. Tapi juga harus bisa membuktikan/menjelaskan dalil-dalil bahwa Tuhan itu memang ada.

Tanpa aqidah yang kuat, maka seseorang yang ibadahnya rajin dapat tersesat atau murtad dengan mudah.

Menuntut ilmu juga niatnya harus untuk Allah semata. Bukan untuk kepentingan pribadi.

Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai, hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr]

Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.

Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu Majah]

“Seorang ‘alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Allah, maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermaksud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu.” demikian sabda Nabi SAW dalam riwayat lain. [HR. Ad Dailami]

No comments: